Dilihat 262 kali
Sudah menjadi budaya di berbagai daerah, ngabuburit atau istilah untuk menanti adzan magrib dilewati sembari menikmati suasana atau berkegiatan lainnya. Seperti halnya yang dilakukan sebagian warga Lumajang, Jawa Timur.
Setiap datang bulan Ramadan, beberapa lokasi dipilih untuk menjadi tempat berkegiatan menunggu adzan magrib, salah satunya Alun-alun Lumajang.
Jantung kota Lumajang tersebut, selalu dipadati warga untuk melakukan aktifitas ngabuburit, misalnya dengan berolahraga, jalan-jalan sore atau bahkan berbelanja menu takjil dan menu berbuka.
Warga mulai diberdatangan sejak jam 16.00 WIB. Waktu tersebut menjadi waktu yang dianggap pas untuk ngabuburit karena jarak dengan adzan magrib tidak terlalu jauh. Sedangkan untuk para pedangan takjil atau makanan buka biasanya datang lebih awal, ada diantaranya yang sudah buka sejak pukul 14.00 WIB.
Namun sayang, para pedangan takjil dan makanan hanya diperbolehkan berjualan di jalan sirip Alun-alun, yaitu Jalan Abu Bakar (Sebelah Masjid Agung Anas Machfudz) Jalan Kapten Imam Sudjai (Sebelah SD Ditorunan 01) dan Jalan Jendral Sutoyo (Sekitar Kantor Dinas PUTR). Aturan tersebut bertujuan untuk tetap menjaga ketertiban PKL dan kebersihan Alun-alun Lumajang.
"PKL hanya diperbolehkan disirip-sirip saja, ini untuk ketertiban dan kebersihan," terang Plt. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lumajang, Sunardi saat dimintai keterangan melalui telepon selulernya, Sabtu (25/3/2023).
Menurutnya, aturan tersebut memang sudah dilaksanakan sejak beberapa tahun yang lalu. Bahkan untuk para PKL yang sudah terdata mengerti dengan aturan tersebut.
Sementara itu, Salah satu pengunjung, Ghozali mengatakan, bahwa kegiatan Ngabuburit sudah menjadi kebiasaannya setiap bulan Ramadhan, meskipun tidak setiap hari, namun hampir seminggu sekali pasti dilakukan.
"Gak sering juga, tapi setiap bulan puasa saya pasti ke Alun-alun Lumajang sama keluarga ngabuburit, sambil cari takjilan," ungkapnya saat ditemui di Alun-alun Lumajang, Sabtu (25/3/2023) sore.